Para sahabatku terkasih, saya pernah memberi 10 percik bijak dalam hidup perkawinan, kali ini saya memberi 10 “pelajaran” untuk membentuk keluarga bahagia. Kedua permenungan ini kurang lebih sama muatan dan juga sama tujuannya yakni keluarga yang kokoh karena adanya komitmen yang dilandasi kasih Allah. Ini berlaku bagi yang belum dan sudah menikah.
1. Belajarlah untuk mengerti
Banyak orang mengatakan, “Saya sudah mengerti dirimu karena kita sudah bersahabat sekian tahun.” Pandangan ini tidak sepenuhnya benar karena untuk mengerti itu tidak pernah diukur oleh waktu. Muatan terdalam dari pengertian ialah penerimaan segala kekurangan dan kelebihan pasangan. Kalau kamu belum mampu menerima dia apa adanya berarti anda belum mengerti siapa dirinya. Mengerti berarti juga membiarkan pasanganmu menjadi dirinya sendiri dan jangan pernah memaksa seperti dirimu.
2. Belajar untuk bertanya
Tahukah anda inti terdalam dari muatan “bertanya?” Itu bukan terutama karena anda tidak mengerti suatu hal namun terutama anda mau bersapa dengan dia. Berbicara dengan pasanganmu. Banyak pasangan miskin dalam hal ini. Mereka berbicara hanya karena ada masalah. Kalau tidak ada masalah kamu berdua berdiam rasa dan pikiran. Kalau anda rajin bertanya, dia yang kamu tanya pasti merasa “berharga” karena dengan bertanya berarti anda menempatkan dia sebagai orang yang mampu memberi jawaban. Ini juga mengajak anda untuk terbuka satu sama lain.
3. Belajarlah memaknai hakekat cinta dan kasih perkawinan
Saya pernah mengatakan jangan pernah katakan cukup untuk cinta karena kamu dipanggil bukan untuk menambah yang satu menjadi dua tetapi sebaliknya membuat yang dua menjadi satu. Untuk menjadi satu dengan yang kamu cintai atau sempurna dalam bahtera keluarga perjuanganmu tidak akan pernah berakhir bahkan selama hayat di kandung badan. “Karena itu mereka bukan lagi dua tetapi satu. Apa yang telah dipersatukan oleh Allah janganlah diceraikan oleh manusia” (Mateus 19:6).
Jangan juga pernah katakan kasih terlalu banyak karena kamu dipanggil bukan untuk menambal sulam tetapi merajut dan mengikat. Saat merajut dan mengikat kadang kamu sedih-senang, suka-duka, senyum-tertawa, dan jatuh- bangun. Untuk mewujudkan kasih itu memang kesabaranmu diuji, kemurahan hatimu ditantang, dan kelemahlembutanmu dimurnikan. “Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, tidak cemburu, tidak sombong, tidak kasar, tidak memaksa orang lain untuk mengikuti kemauannya sendiri dst” (1 Korintus 13:4-5)
4. Belajarlah untuk mengalah
Kita sering mendengar kekerasan tidak akan mampu mengalahkan kelemahlembutan. Tebukti batu yang keras akan hancur dengan tetesan air dan api yang membara juga akhirnya tunduk dengan kuasa air. Sering terjadi masalah makin berat karena kedua belah pihak tidak mau untuk mengalah. Dua-dua keras kepala. Ingatah kalau satu mengalah dan diam pertengkaran dan permasalahan akirnya akan reda. Hindarilah berbalas pantun membabi buta. Memang butuh kesabaran dalam hal ini
5. Belajarlah untuk rendah hati
Jangan pernah merasa diri tahu segalanya sehingga tidak membutuhkan nasehat, bantuan, ide dari pasanganmu sehingga kamu tidak menghargai dia yang telah menjadi patnermu.
6. Belajarlah untuk menghargai
Hargailah hasil usaha dan pekerjaan pasanganmu walau itu sederhana. Ketika anda memberi pujian atas masakan, misalnya kamu memberi pujian untuk dirinya dan lain waktu dia akan semangat membuat yang terbaik. Sertakan pasanganmu dalam setiap proyek hidup keluarga anda.
7. Belajarla untuk menyapa
Satu senjata ampuh untuk menciptakan kehangatan dalam keluarga ialah taburilah rumahmu dengan sapaan. Sapaan ini kesannya sepele namun sangat bermakna. Rasa capek, bosan, ketegangan akan terusir dengan sikap ini. Janganlah pelit dengan sapaan.
8. Belajarlah untuk selalu senyum
Senyum membuka dan menutup hari adalah symbol betapa damai dan sejuknya hatimu. Kalau kamu senyum kepada orang lain berarti kamu ingin berbagi suasana hatimu yang damai itu kepada dia. Dan ingatlah senyum tulus dan ikhas itu juga akan mampu memberikan suasana sejuk dan damai untuknya.
9. Belajarlah untuk meminta maaf dan memaafkan
Maaf dan memaafkan adalah sikap luhur yang memberi ruang untuk perdamaian. Tidak ada keluarga sempurna dan tidak ada juga manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Ikutilah suara hatimu yang mengajakmu untuk meminta maaf. Kalau kamu meminta maaf berarti kamu menyadari kesalahan dan dengan itu kamu mau belajar. Belajarlah juga untuk memaafkan sebab dengan itu kamu mengedepan perdamaian dan dan menerima maafnya, dengan ini kamu berdua sepakat meninggalkan rasa sakit hati dan menyongsong hari esok dengan penuh kasih.
10. Belajarlah berpikir positif
Jangan terlalu suka dan gampang menuduh tanpa alasan atau hanya karena mendengar saja. Pakailah sikap bertanya dengan lembut bila ada yang mengganjal dalam hatimu.
Penutup
Perkawinan yang diberkati dalam Gereja adalah momen sejarah yang baru bagi pasangan karena mereka mengikrarkan janji suci di depan Altar Tuhan di hadapan pejabat Gereja, saksi dan umat beriman. Namun itu tidaklah menjamin bahwa suatu perkawinan akan lepas dari masalah. Kebahagiaan juga tidak otomatis menjadi milik mereka. Suami dan isteri masih harus tetap belajar dan belajar, khususnya belajar 10 poin di atas.
Dalam keluarga perlu tetap ada dialog dan komunikasi yang berdasarkan pikiran positif, kelemah lembutan dan kerendahan hati. Perjalanan suatu bahtera perkawinan akan kuat, teguh dan langggeng kalau kedua belah pihak tetap mengedepankan “demi keluarga baik, utuh dan bahagia dan bukan demi egoku dan egomu. Mungkin anda merasa berat 10 pelajaran tersebut. Memang tidak ada yang mudah dalam hidup ini. Tidak ada juga pelajaran yang gampang alalagi pelajaran tentang hidup.
0 comments :
Post a Comment