Siapa yang tak bangga memiliki anak jenius dengan segudang prestasi yang membanggakan? Pada hakikatnya setiap anak dilahirkan sama, tidak bisa apa-apa dan tidak punya apa-apa. Yang dapat membuat apakah anak itu bisa menjadi merah, kuning, biru, jenius, cerdas atau malah biasa-biasa saja tidak lain adalah goresan tinta yang diberikan dari orang tua dan lingkungan terdekatnya. Bagaimana upaya orang tua dalam mendedikasikan waktunya, memberikan perhatian, serius dan kerja keras dalam memberikan pendidikan yang terbaik untuk anaknya sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter dan kegeniusan mereka. Sehingga orang tua manapun seharusnya juga dapat memiliki Einsten kecil di rumahnya, sebagai generasi cerdas, genius dan memiliki kepribadian mulia agar mampu bersaing dengan negara-negara hebat lainnya.
Beberapa hasil studi dan penelitian seperti diungkapkan oleh Saifullah Rohman, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dalam bukunya : Tips Mencetak Anak Genius Berkarakter Kelas Dunia, menunjukkan bahwa terdapat beberapa hal yang harus dilakukan jika ingin meningkatkan kecerdasan anak dan menjadi jenius, adalah sebagai berikut :
Faktor Kesehatan
- Memberi ASI Eksklusif secara konsisten
Ibu memiliki peran penting dalam kecerdasan anak dengan menyusui ASI eksklusif. Saat menyusui terdapat ikatan batin yang kuat antara ibu dan anaknya. Sebuah studi di Belarusia, Eropa Timur, menemukan bahwa anak yang berusia 6 tahun dan diberi ASI memiliki IQ lebih tinggi dan nilai lebih tinggi dalam bidang matematika, membaca dan menulis dibandingkan dengan anak seusia yang tidak diberi ASI. Hal ini disebabkan dalam ASI terkandung lemak yang lebih besar dibandingkan dengan susu sapi. Lemak tersebut berfungsi untuk melindungi sel-sel otak yang sedang dalam masa pertumbuhan.
- Hindari rokok, minuman keras dan obat terlarang saat hamil
Wanita hamil yang mengkonsumsi rokok, minuman keras dan obat terlarang akan memiliki anak menderita cacat kemungkinan lebih besar dibandingkan dengan wanita yang tidak mengkonsumsinya. Penelitian yang dimuat di Journal of American Medical Association menyebutkan bahwa 14 % anak yang ibunya mengkonsumsi kokain saat hamil memiliki IQ dibawah 70 (nilai standar IQ 70-130), dan 38 % memiliki perkembangan yang lambat.
- Berhati-hati terhadap bahan pestisida saat kehamilan
Pestisida yang biasa digunakan pada produk pertanian merupakan senyawa kimia yang sangat rentan mempengaruhi tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan. Hal ini dikarenakan dapat mempengaruhi perkembangan otak yang berkaitan dengan kecerdasan anak. Menurut penelitian, anak-anak yang terkena pengaruh pestisida saat di kandungan memiliki IQ lebih rendah 1,4 persen dibandingkan anak yang tidak terkontaminasi pestisida.
- Tidak memiliki berat badan yang berlebihan
Penelitian yang dilakukan di Universitas Temple, Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat menyatakan bahwa anak yang memiliki berat badan berlebih (obesitas) memiliki kemampuan membaca dibawah anak yang memiliki berat badan normal. Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa mahasiswa obesitas memiliki IPK lebih rendah daripada mahasiswa yang memiliki berat badan normal. Hal ini dikaitkan dengan tingkat kehadiran mereka yang rendah dan tingkat keterlambatan yang tinggi.
- Menghindari Junk Food
Untuk tumbuh kembang anak agar lebih optimal sebaiknya menghindari makanan junk food, makanan berkadar lemak tinggi dan makanan tidak sehat lainnya. Sebaliknya, perbanyaklah makanan sehat dan bergizi tinggi yang dapat membantu meningkatkan perkembangan kecerdasan dan motorik anak, terutama bayi yang belum genap dua tahun.
- Membiasakan untuk sarapan pagi
Sarapan pagi ternyata sangat membantu dalam belajar. Seorang anak yang sarapan pagi akan memiliki ingatan lebih baik, mampu berkonsentrasi lebih baik dan mampu belajar lebih cepat dibandingkan anak yang tidak sarapan sama sekali.
- Usia ayah hendaknya tidak terlalu tua saat memiliki anak
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa usia ayah yang terlalu tua ketika memiliki anak akan mempengaruhi perkembangan neurokognitif pada anak. Anak akan lebih mudah terkena resiko gangguan saraf, seperti autisme, skizofrenia, disleksia dan penurunan kecerdasan. Sedangkan anak yang lahir ketika usia ayahnya sekitar 20 tahun-an akan memiliki nilai 3-6 poin lebih tinggi pada tes IQ nya daripada anak yang lahir ketika usia ayahnya berumur dua kali lipat dari 20 tahun.
Faktor Pembentukan Karakter
- Melatih anak menjadi penyabar
Para ilmuwan menilai bahwa menjadi genius bukan sekedar memiliki IQ tinggi. Tetapi juga dilihat dari faktor kesabaran, tidak mudah emosi dan tidak cepat puas dengan apa yang telah dicapainya. Penelitian ini menunjukkan anak-anak tersebut memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak sabaran. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan pengertian bahwa proses itu lebih penting daripada hasil akhir, sehingga anak terbiasa untuk bersabar dan tidak instan dalam mencapai hasil akhir.
- Melatih anak untuk mandiri
Salah satu cara melatih kemandirian anak adalah dengan cara membiasakan mereka untuk melakukan tugas-tugas dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan ini lebih baik bila dimulai ketika anak berusia 2 atau 3 tahun. Misalnya bagaimana cara berpakaian sendiri, makan dan minum sendiri, membereskan mainan sendiri. Ketika mereka berusia 4-5 tahun pembiasaan dapat dilakukan, misalnya dengan mengikatkan tali sepatu sendiri, mengancingkan baju sendiri, dan lain-lain. Hal ini nampak biasa bagi orang dewasa, tetapi bagi anak-anak bila mereka merasa telah mampu mengerjakan hal yang dilakukan oleh orang dewasa maka dia akan semakin terpacu untuk melakukan hal lain yang belum dikuasainya.
- Mengembangkan kepercayaan diri
Anak-anak yang genius biasanya memiliki tingkat kepercayaan diri lebih tinggi dibandingkan dengan anak seusianya. Kepercayaan diri ini biasanya timbul ketika mereka bisa melakukan sesuatu yang belum pernah terbayang sebelumnya bahwa mereka bisa melakukannya dan mereka juga dapat melakukan sesuatu yang orang lain tidak bisa melakukannya, apalagi jika mereka dapat mengalahkan seseorang yang usianya lebih tua diatas mereka.
Faktor Aktivitas sehari-hari
- Kurangi menonton televisi
Sebuah studi menunjukkan bahwa sebanyak 30 % anak memiliki televisi di kamar tidur dan 59 % anak menonton acara televisi lebih dari dua jam sehari. Padahal terlalu lama menonton televisi tidak baik bagi perkembangan kognitif dan otak anak.
- Kurangi bermain komputer dan video game
Sebuah studi menunjukkan bahwa anak yang menghabiskan waktu lebih dari dua jam perhari untuk bermain video game dan komputer mendapat skor 9,4 % lebih rendah daripada anak yang tidak bermain video game ataupun komputer.
- Berlatih alat musik untuk peningkatan kemampuan verbal
Bermain musik erat kaitannya dengan kecerdasan otak. Anak yang memiliki kemampuan memainkan piano, alat gesek atau alat musik lainnya memiliki skor 15 % lebih tinggi dalam kemampuan verbal dibandingkan dengan anak yang tidak bisa memainkan alat musik. Hal ini menunjukkan korelasi antara kemampuan bermain musik dengan kemampuan verbal serta IQ seorang anak.
- Memperkenalkan kosakata sebanyak mungkin dan bahasa asing
Kemampuan linguistik yang sangat baik merupakan salah satu tanda bahwa seorang anak genius. Diantara sekian banyak anak genius di dunia, sebagian besar ternyata memiliki kemampuan linguistik yang sangat baik. Oleh karena itu orang tua dapat mengembangkan potensi anaknya dengan cara memperkenalkan kosakata baru setiap harinya, baik dari bahasa ibu maupun bahasa asing. Kemampuan linguistik ini juga dapat mendorong anak untuk membaca buku sebanyak mungkin untuk memenuhi kehausannya akan ilmu pengetahuan.
- Membuat anak suka membaca
Bagi sebagian besar anak membaca merupakan hal yang membosankan. Oleh karena itu perlu dukungan dan bimbingan orang tua dalam melatih baca sehingga membaca merupakan hal yang menyenangkan bagi mereka. Orang tua yang suka membaca akan menunjukkan kepada anak-anak mereka bahwa membaca itu adalah hal yang menyenangkan, menarik dan bermanfaat. Berdasarkan penelitian, anak-anak yang dibesarkan dalam rumah yang dipenuhi buku akan mencapai sekolah hingga ke jenjang tinggi daripada mereka yang tidak.
- Mendidik anak melalui PAUD
Selain dididik oleh orang tua di rumah, anak juga memerlukan interaksi sosial dengan teman sebayanya. Mereka dapat diikutkan pada lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sehingga akan membantu anak untuk melatih emotional quotient (EQ) dan mengetahui potensi yang dimiliki anak sejak usia dini.
- Melakukan permainan asah otak
Orang tua tidak bisa memaksakan anaknya untuk belajar. Bila mereka sudah merasa tertekan justru belajar akan menjadi momok yang menakutkan bagi mereka, bukan sesuatu yang menyenangkan. Empatilah dengan dunianya anak, yaitu bermain. Sehingga agar dapat merangsang dan mengasah pertumbuhan otak anak, perkenalkanlah mereka dengan permainan edukatif, seperti catur, teka teki silang, sudoku dan jenis permainan edukatif lainnya. Dengan demikian otak anak selalu berkembang ke arah yang positif.
- Cermat memilih mainan
Pemberian mainan yang tepat mampu membantu perkembangan kecerdasan anak. Oleh karena itu bila orang tua mau memilihkan mainan hendaknya bukan hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga sebagai media edukasi untuk memberi stimulan bagi perkembangan kognitif, motorik dan kreatifitas anak.
0 comments :
Post a Comment